SUMENEP, NET88.CO – Sedang ramai
perbincangan di Waroeng Online dan Group Medsos tentang wacana ganti Bupati dan ini jamak terjadi saat memasuki pemilu kepala daerah yang sdh di depan mata. Banyak juga yang japri ke saya dan tanya tanya sana-sini berhatap saya masuk dalam pusaran wacana ini.
Saya menganggapnya itu wajar dan baik selama dilakukan dalam kaedah Norma dan tidak keluar dari garis demarkasi hukum yang telah ada.
Ganti Bupati ???
Boleh itu hak konstitusional setiap warga Negara indonesia.
Tapi siapa ???
Ganti Bupati itu tidak sama dengan Ganti Ban Kendaraan yg tinggal copot, Ga seperti Ganti Pacar yang apabila ga cocok tinggal ganti yang baru. Merebut kekuasaan itu tidak seperti merebut istri orang misalnya. Ada mikanismenya yg Tersurat dalam regulasi maupun tersirat tapi pasti.
Ambil contoh yg tersurat itu, yang berhasrat ingin berkuasa ya….harus d calonkan oleh Parpol yang memenuhi syarat ambang batas atau Gabungan Parpol sehingga memenuhi syarat admnistratif yang ditentukan oleh regulasi, aturan tersiratnya tapi pasti juga bagaimana mikanisme pencalonan di internal partai ? Masih harus ada rekomendasi parpol pengusung. Terus…. bagaimana cara mendapatkan rekom dari Parpol pengusung mudah apa sulit gratis apa berbayar murah apa mahal ??? Ini yang harus d selesaikan terlebih dahulu oleh Cabup-Cawabup diinternal parpol pengusungnya.
Kemudian jika ini sudah di dapat ada porses penguatan internal parlpol ya… macam bagi bagi wilayah kerja dan bagi bagi janji lah untuk pemain pemain parpol.
Nah….dlm proses dan dinamika menuju hari H ada Norma tersirat lagi yaitu berapa Cost yg diperlukan untuk Operasional Timses yang dari unsur parpol pengusung?, kemudian timses non parpol plus Relawan?. Belum lagi Cost untuk biaya Saksi per KPU,PPK,TPS dan KPPS. Hem…. bisa d!bayakan jika tidak ada Bohir yg sedikit rada Gila dan uangnya harus berseri.
Apakah akan selesai ganti Bupati sampai disini. Ohhhh belum itu baru permulaan, perang yg sesungguhnya adalah pada H-5 sampai H+5. Karena disinilah kekuatan Bohir akan terlihat jangan dibayangkan bahwa rakya sekarang sdh berubah jadi pemilih Idealis 100% apalagi menganggap rakyat pemilih sebagai rakyat yg patronais apa kata tokoh apa kata kiai dll. Noooo
Nooo….Nooo. Coba lihat baru kemarin Pemilu legislatif berlalu bahkan hiruk pikuk dan dendam kesumatnya karena di “Plokoto” oleh timses dan pemilihnya masih tercium bau anyirnya, betapa ngerinya masyarakat pemilih kita skrg yg tambah apatis dg ocehan para jurkam baik itu jurkam idealis apalagi jurkam berbayar yg bahkan saat ini sdh bertebaran menjajakan dagangan politiknya berharap dapat Cuan. Hem kasihan…….
Apakah cukup sampai disini eksploitasi Jiwa raga harta benda untuk perebutan kekuasaan itu selesai. Tidak….tidak (Sambil teriak) saat exitpool atau Quickcount pun sdh terlihat siapa yg unggul dan akan menang para Pialang politik birahi bermainnya masih tambah nafsuh untuk memanasi harapannya agar melakukan langkah dan upaya agar dia (diapusi) menjadi pemenang walaupum realnya kalah dan akan tetap akalah, untuk apa ?…. ya agar para pialang ini tetap dapat kerjaan lah, dapat operasional dan ya….itung itung habis kalah tidak langsung selesai tunduk muka karena kecewa dan terakhir agar tidak dipersalahkan atas kekalahannya.
Jalur ramai yg biasa ditempuh biasanya gugat ke MK laporan ke Bawaslu demo dan jalan2 lain. Apakah ini Gratis….???. Haaaahha….Majer Pole Mooo.
Baru setelah ada putusan MK terus pelantikan secara Normatif pilkada selesai. Tapi apakah cukup sampai d sini. Heemmm bellluummm, Masih ada episode lanjutannya apa ituuu ?.
- Rasa Marah dan Sakit hati
- Dendam kesumat dan kecewa amat
- Hutang dimana2
- Dintinggalkan sendiri oleh pendukungnya
- Ngaronyam jadi oposisi karena sakit hati (dan ini “Bennyak Lambennah”)
Apa sudah cukup sampai disini ???
Belum………..(nanti sy ceritakan lagi gik nginomah?
Penulis : Kiai BOHIR